MAKALAH
SEMINAR KELOMPOK 5
ASUHAN
KEPERAWATAN
PERSALINAN
DENGAN PENYULIT : DISTOCIA DAN INDUKSI
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmad, taufik serta hidayahnya kepada kita semua
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Sholawat serta
salam marilah kita haturkan kepada Nabi muhammd SAW yang akan kita nantikan
syafa’atnya kelak di yaumul qiyamah amin. Makalah ini berisikan tentang “Asuhan Keperawatan Persalinan Distocia dan
Induksi“ yang kami rangkum untuk melengkapi seminar mata kuliah Sistem Reproduksi. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih
banyak kekurangannya dan masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, kritik dan
saran dari pembaca sangatlah kami harapkan demi perbaikan selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Semarang, 20
April 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belekang Masalah
B. Tujuan
Penulisan
C. Metode
Penulisan
D. Sistematika
Penulisan
BAB II KONSEP DASAR
A. Pengertian
B. Etiologi/Predisposisi
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinik
E. Penetalaksanaan
F. Pengkajian
Fokus
G. Pathways
Keperawatan
H. Diagnosa
Keperawatan
I. Fokus
Intervensi Dan Rasional
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Janin besar dapat menyebabkan distosia, yaitu
persalinan abnormal yang ditandai dengan kelambatan atau tidak adanya kemajuan
proses persalinan dalam ukuran satuan waktu tertentu. Biasanya, distosia
terjadi dalam kala satu (tahap pembukaan) dan kala dua (tahap sudah terjadi
pembukaan sempurna pada leher rahim hingga bayi dilahirkan) (Kasdu, Dini,.
M.Kes, 2005).
Untuk membantu persalinan dengan gangguan distosia
dibutuhkan kekuatan his dan mengejan, karna itu adalah kekuatan utama dalam
proses persalinan. Pada keadaan tertentu termasuk pada masalah distosia
kekuatan his tidak timbul atau kekurangannya tidak memadai, sehingga perlu
dilakukan tambahan kekuatan dari luar dengan obat perangsang (Ida, Ayu
Chandranita Manuaba, 2009).
Induksi persalinan adalah upaya untuk menimbulkan
atau menambah kekuatan sehingga proses persalinan dapat berlangsung lebih
cepat. Induksi persalinan dapat dilakukan secara mekanis dengan memecah ketuban
pada pembukaan kecil, melepaskan selaput ketuban dari rahim. Secara kimiawi
menggunakan oksitosin drip, prostaglandin, dan hormonal progesterone (Ida, Ayu Chandranita Manuaba, 2009).
B. Tujuan
Penulisan
TIU :
1.
Mahasiswa
mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan persalinan
dystocia dan induksi
TIK :
1.
mahasiswa
mampu menjelakan pengertian persalinan dystocia dan induksi.
2.
mahasiswa
mampu menyebutkan etiologi persalinan dystocia dan induksi.
3.
Mahasiswa
mampu menjelaskan patofisiologi persalinan dystocia dan
induksi.
4.
Mahasiswa
mampu menyebutkan manifestasi klinik persalinan
dystocia dan induksi.
5.
Mahasiswa
mampu menjelaskan penatalaksanaan persalinan dystocia dan
induksi.
6.
Mahasiswa
mampu melakukan pengkajian fokus persalinan dystocia dan
induksi.
7.
Mahasiswa
mampu menjelaskan pathways keperawatan persalinan dystocia dan
induksi.
8.
Mahasiswa
mampu menjelaskan diagnosa keperawatan persalinan dystocia dan
induksi
9.
.Mahasiswa
mampu menjelaskan fokus intervensi dan rasional keperawatan persalinan
dystocia dan induksi.
C. Metode
Penulisan
Dalam penulisan
makalah ini, penulisan menggunakan metode deskriftif yaitu dengan penjabaran
masalah-masalah yang ada dan menggunakan study perpustakaan dengan literatur
yang ada, baik dari buku maupun jurnal dari internet.
D. Sistematika
Penulisan
Di dalam makalah ini terdiri dari Bab I pendahuluan
yang meliputi Latar belakang,tujuan
penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan, Bab II Konsep dasar
meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaan, pengkajian fokus,
diagnosa
keperawatan, fokus intervensi dan rasional, dan Bab III penutup meliputi
kesimpulan dan saran.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Dystocia
adalah persalinan abnormal/ sulit yang ditandai dengan kelambatan atau tidak
adanya kemajuan proses persalinan dalam satuan waktu tertentu (Achadiat,
Chrisdiono M, 2004).
Fase persalinan : yakni
dalam kala I dan kala II berkaitan dengan proses pembukaan serviks.
1. Fase
Laten : mulai pembukaan 0-3 cm, lamanya sekitar 8 jam.
2. Fase
Akselerasi : pembukaan 3-4 cm, berlangsung sekitar 2 jam.
3. Fase
Dilatasi Maksimal : pembukaan 4 cm menjadi 9 cm, berlangsung sekitar 2 jam.
4. Fase
Deselerasi : pembukaan 9 cm menjadi lengkap (10 cm), sekitar 2 jam.
5. Kala
II : pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir, primigravida 2 jam sedangkan
multigravita 1 jam.
(Achadiat,
Chrisdiono M, 2004)
Distosia
adalah sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang timbul
akibat berbagai kondidi yang berhubungan dengan lima factor persalinan (bobak,lowdermilk, jensen alih bahasa, meria A
wijayarini,peter I. anugerah, 2005)
Induksi
adalah dimulainnya kontraksi persalinan sebelum awitan spontannya untuk tujuan
mempercepat kelahiran (bobak,lowdermilk,jensen
alih bahasa, meria A wijayarini,peter I. anugerah, 2005)
B. Etiologi
Keadaan berikut dapat
menyebabkan distosia:
a. Persalinan
disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya
mengedan ibu (kekuatan[powers]).
b. Perubahan
struktur pelvis (jalan lahir [ passage])
c. Sebab-sebab
pada janin, meliputi kelainan presentasi tau kelainan posisi, bayi besar, dan
jumlah bayi (penumpang [passangers]).
d. Posisi
ibu selama persalinan dan melahirkan.
e. Respons
psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman,
persiapan, budaya dan warisannya, serta system pendukung
(bobak,lowdermilk,
jensen alih bahasa, meria A wijayarini,peter I. anugerah, 2005).
C. Patofisiologi
D. Manifestasi
Klinis
E. Penatalaksanaan
Hal-hal yang harus
diperhatikan :
1. Pasien
yang dilakkan induksi persalinan harus dirawat dan diawasi dirumah sakit.
2. Pasien
yang akan dilakukan induksi persalinan, harus dikaji secara seksama dan
menyeluruh.
Indikasi untuk induksi
yaitu :
1. Hipertensi
akibat kehamilan
2. Diabetes
mellitus
3. Kehamilan
pascapartum
4. Pertumbuhan
janin terhambat
Factor-faktor logistic
:
1. frekuensi
kelahiran yang tinggi
2. jarakdari
rumah sakit(kelahiran lewat waktu)
3. kematian
janin dalam Rahim
4. ketuban
pecah dini (bobak, lowdermilk, jensen alih
bahasa, meria A wijayarini,peter I. anugerah, 2005)
kontraindikasi
induksi persalinan :
1. malpresentasi
janin
2. bekas
SC/ oprasi uterus lainnya (tidak mutlak)
3. plasenta
previa
4. adannya
tumor dinding uterus (mioma uteri)
5. insufisiensi
utero plasenta tipe maligna ataupun gawat janin.
6. Cephalo
pelvic disproportion (CPD) (Achadiat, Chrisdiono
M, 2004).
Penatalaksanaan
induksi yaitu bisa menggunakan metode kimia maupun mekanis untuk menginduksi
persalinan. Oksitosin intravena dan amniotomi.
Metode induksi :
1. Infus
oksitosin
Obat-
obat oksitosin digunakan untuk menimbulkan kontraksi uttrus. Biasannya diguanakan bentuk sintetik ergometrin yang disebut Syntocinon dan
pemberian preparat ini dilakukan lewat infus. Kecepatan tetesan dikontrol
dengan cermat dan biasannya dengan mengunakan pompa infus. Kecepatan teteasan
dinaikan secara bertahap sampai persalinan terjadi.
2. Pemberian
prostaglandin
Prostaglandin
dapat diberikan dengan cara yang serupa seperti emberian Syntocinon, yaitu
lewat infus dan dengan penerapan tindakan kewaspadaan yang sama. Prostaglandin
dalam bentuk gel atau pesarium dapat diberikan secara local pada serviks yang
matang dan vagina bagian atas. Preparat ini terutama bekerja untuk mematangkan
serviks dan pada sebagian kasus menginduksi persalinan. Efeknnya kadang kadang
terjadi dengan cepat dank arena itu, ibu hamil sebaiknnya sudah berada dikamar
bersalin dan tidak dibiarkan dibangsal.
3. Pembedahan
Kantong
ketuban (sakus amnion) dipecah (pemecahan artifisial). Dengan mengurangi
tekanan dalam uterus, pemecahan artifisial ketuban dianggap membantu memicu
kontraksi. Biasannya bagian yang dipecah adalah tonjolan ketuban yang ada
didalam serviks (forewater). Cara ini memberikan jalan untuk menjangkau kulit
kepala janin, sehingga pada kulit kepala tersebut dapat dipasang elektroda yang
dihubungkan dengan alat cardiotokograf untuk penilaian frekuensi jantung secara
intermiten atau continue jika diperlukan. Apabila bayi tidak dilahirkan dalam
tempo 24 jam terapi antibiotic dapat dimulai. Tindakan yan laazim dilakukan
sekarang adalah : kombinasi induksi medic dan bedah dengan infus oksitosin yang
dimulai sesudah ketuban dipecahkan (farer, helen
alih bahasa andri hartono , 1999)
Metode
lain yaitu dengan stimulasi putting susu, minum castor oil, enema dengan air
sabun, stripping membrane, dan akupuntur tapi metode ini jarang digunakan
(Tal,dkk., 1988; ACOG,1991) (bobak,lowdermilk,jensen
alih bahasa, meria A wijayarini,peter I. anugerah, 2005)
Angka keberhasilan indusi persalinan lebih tinggi bila
serviks dapat diinduksi. System penilaian seperti nilai bishop, dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan untuk induksi
misalnnya, nilai Sembilan atau lebih pada skala nilai 13 menandakan serviks
lunak, anterior, mendatar 50%, dan berdilatasi 2 cm atau lebih; bagian
presentasi telah masuk. Induksi persalinan akan lebih berhasil jika nilai
bishop adalah lima atau lebih untuk multi peran dan Sembilan atau lebih untuk
nulipara (bobak,lowdermilk,jensen alih bahasa,
meria A wijayarini,peter I. anugerah, 2005)
F. Pengkajian
fokus
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan
darah dan urin lengkap
2. Kesejahteraan
janin(fetal wellbeing); non stress test (NST), contraction stress test( CST),
maupun biopsical profile (BPP)
3. Nilai/
scor bishop adalah suatu cara untuk menilai kematangan serviks dan respons nya
terhadap suatu induksi persalinan, karena telah diketahui bahwa serviks dengan
skor bishop rendah (artinnya serviks belum matang) memberikan angka kegagalan
yang lebih tinggi disbanding serviks yang matang (repened).
Keberhasilan induksi
persalinan yaitu :
1. Scor
bishop 0-4; angka keberhasilan induksi persalinan 50-60 %
2. Scor
bishop 5-9: angka keberhasilan induksi persalinan sekitar 80-90 %.
3. Scor
bishop lebih dari 9 : angka keberhasilan induksi persalinan mendekati 100% (achadiat, chrisdiono M, 2004).
Nilai
bishop
Nilai
|
||||
|
0
|
1
|
2
|
3
|
Dilatasi (cm)
|
0
|
1-2
|
3-4
|
5-6
|
Pendataran (%)
|
0-30
|
40-50
|
60-70
|
80
|
Stasiun(cm)
|
-3
|
-2
|
-1
|
-1
|
Konsistensi serviks
|
Keras
|
Medium
|
Lunak
|
|
Posisi serviks
|
posterior
|
ditengah
|
Anterior
|
|
(bobak, lowdermilk,jensen
alih bahasa, meria A wijayarini,peter I. anugerah, 2005)
4. Pathways
Keperawatan
5. Diagnosa
Keperawatan
6. Fokus
Intervensi dan Rasional
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B.
Saran
1.
Keluarga
Kepada
klien keluarga klien diharapkan untuk mengetahui dan memahami tentang gangguan reproduksi
yaitu persalinan dystocia dan induksi agar bisa berperan serta dalam perawatan
klien, baik di rumah maupun di rumah sakit pada saat proses keperawatan.
2. Perawat
Untuk
perawat diharapkan dapat memahami dan mengerti tentang konsep dan asuhan
keperawatan persalinan dystocia dan induksi agar dapat menerapkan dan
memberikan pelayanan yang efektif kepada klien yang mungkin mengalami masalah
yang dialami.
Bibliography
Achadiat, Chrisdiono M. (2004). Prosedur tetap obstetri
dan ginekologi . Jakarta : EGC . https://books.google.co.id/books?id=PVJ6pCnlsSEC&pg=PA68&dq=distosia
diakses tanggal 20 April 2015.
Kasdu, Dini,. M.Kes. (2005). Solusi Problem Persalinan .
Jakarta : Puspa Swara . https://books.google.co.id/books?id=9FJGaSe51sgC&pg=PA36&dq=distosia
diakses tanggal 20 April 2015.
mantap informasinya, ijin nyimak untuk dijadikan sebagai referensi dam sumber bagi artikel kehesehatan kami, salah jabat erat.
BalasHapusGejala Kanker Serviks
Ciri Ciri Keputihan Abnormal
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus