LAPORAN PENDAHULUAN
ASKEP KLIEN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA
A.
PENGERTIAN
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (
secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat
obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius ( Marilynn, E.D, 2000 : 671
).
Benigne Prostat Hyperplasia adalah pembesaran atau
hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang ke arah depan ke dalam
kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan
hydronefrosis dan hydroureter (Dafid Arifiyanto, 2008).
Hiperplasia prostat benigna adalah pembesaran progresif
dari kelenjar prostat (secara umum pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan
berbagai derajat obstruksi urethral dan pembatasan aliran urinarius (Doengoes,
Morehouse & Geissler, 2000, hal 671).
Kelenjar prostat bila mengalami pembesaran, organ ini
membuntu uretra Pars Prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urine
keluar dari buli-buli (Poernomo, 2000, hal 74).
B.
ETIOLOGI
Penyebab hiperplasia prostat belum diketahui dengan
pasti, ada beberapa pendapat dan fakta yang menunjukan, ini berasal dan proses
yang rumit dari androgen dan estrogen. Dehidrotestosteron yang berasal dan
testosteron dengan bantuan enzim 5α-reduktase diperkirakan sebagai mediator
utama pertumbuhan prostat. Dalam sitoplasma sel prostat ditemukan reseptor untuk
dehidrotestosteron (DHT). Reseptor ini jumlahnya akan meningkat dengan bantuan
estrogen. DHT yang dibentuk kemudian akan berikatan dengan reseptor membentuk
DHT-Reseptor komplek. Kemudian masuk ke inti sel dan mempengaruhi RNA untuk
menyebabkan sintesis protein sehingga terjadi protiferasi sel. Adanya anggapan
bahwa sebagai dasar adanya gangguan keseimbangan hormon androgen dan estrogen,
dengan bertambahnya umur diketahui bahwa jumlah androgen berkurang sehingga
terjadi peninggian estrogen secara retatif. Diketahui estrogen mempengaruhi
prostat bagian dalam (bagian tengah, lobus lateralis dan lobus medius) hingga
pada hiperestrinisme, bagian inilah yang mengalami hiperplasia.
(Hardjowidjoto,2000).
Menurut Basuki (2000), hingga sekarang belum diketahui
secara pasti penyebab prostat hiperplasi, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan
bahwa hiperplasi prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar
dehidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa hipotesis yang diduga
sebagai penyebab timbulnyahiperplasi prostat adalah :
1. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon
testosteron dan estrogen pada usia lanjut.
2. Peranan dari growth factor (faktor pertumbuhan) sebagai pemicu
pertumbuhan stroma kelenjar prostat.
3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat
karena berkurangnya sel yang mati.
4. Teori sel
stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi selstroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi
berlebihan.
Pada umumnya dikemukakan beberapa teori yaitu :
Teori Sel Stem, sel baru biasanya tumbuh dari sel stem.
Oleh karena suatu sebab seperti faktor usia, gangguan keseimbangan hormon atau
faktor pencetus lain. Maka sel stem dapat berproliferasi dengancepat, sehingga
terjadi hiperplasi kelenjar periuretral.
Teori kedua adalah teori Reawekering menyebutkan bahwa
jaringan kembali seperti perkembangan pada masa tingkat embriologi sehingga
jaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya.
Teori lain adalah teori keseimbangan hormonal yang
menyebutkan bahwa dengan bertanbahnya umur menyebabkan terjadinya produksi
testoteron dan terjadinya konversi testoteron menjadi estrogen. (Sjamsuhidayat,
2005).
C.
PATOFISIOLOGI
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria
yang terletak di sebelah inferior buli-buli, dan membungkus uretra posterior.
Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa ± 20gram.
Menurut Mc Neal (1976) yang dikutip dan bukunya Basuki (2000), membagi kelenjar
prostat dalam beberapa zona, antara lain zona perifer, zona sentral, zona
transisional, zona fibromuskuler anterior dan periuretra (Basuki, 2000).
Sjamsuhidajat (2005), menyebutkan bahwa pada usia lanjut akan terjadi perubahan
keseimbangan testosteron estrogen karena produksi testosteron menurun dan terjadi
konversi tertosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer. Basuki
(2000) menjelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung pada hormon
tertosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan
dirubahmenjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim alfa reduktase.
Dehidrotestosteron inilah yang secaralangsung memacu m-RNA di dalam sel-sel
kelenjar prostat untuk mensintesis protein sehingga terjadi pertumbuhan
kelenjar prostat.
Oleh karena pembesaran prostat terjadi perlahan, maka
efek terjadinya perubahan pada traktus urinarius juga terjadi perlahan-lahan.
Perubahan patofisiologi yang disebabkan pembesaran prostat sebenarnyadisebabkan
oleh kombinasi resistensi uretra daerah prostat, tonus trigonum dan leher
vesika dan kekuatankontraksi detrusor. Secara garis besar, detrusor dipersarafi
oleh sistem parasimpatis, sedang trigonum, leher vesika dan prostat oleh sistem
simpatis. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat akan
terjadiresistensi yang bertambah pada leher vesika dan daerah prostat. Kemudian
detrusor akan mencoba mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat
dan detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor kedalam kandung
kemih dengan sistoskopi akan terlihat seperti balok yang disebut trahekulasi
(buli-buli balok). Mukosa dapat menerobos keluar diantara serat aetrisor.
Tonjolan mukosa yang kecil dinamakan sakula sedangkan yang besar disebut
divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut Fase kompensasi otot dinding
kandung kemih. Apabila keadaan berlanjut maka detrusor menjadi lelah dan
akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi
sehingga terjadi retensi urin. Pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda
gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal
berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga kontraksi terputus-putus
(mengganggu permulaan miksi), miksi terputus, menetes pada akhir miksi,
pancaran lemah, rasa belum puas setelah miksi. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan
yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih,
sehingga sering berkontraksiwalaupun belum penuh atau dikatakan sebagai
hipersenitivitas otot detrusor (frekuensi miksi meningkat, nokturia, miksi
sulit ditahan/urgency, disuria).
Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat vesiko
urinaria tidak mampu lagi menampung urin,sehingga tekanan intravesikel lebih
tinggi dari tekanan sfingter dan obstruksi sehingga terjadi inkontinensia
paradox (overflow incontinence). Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko
ureter dan dilatasi. ureter danginjal, maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal
ginjal. Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik
mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan
tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin
dalam vesiko urinaria akan membentuk
batu endapan yang menambal. Keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu,
stasis urin dalam vesika urinariamenjadikan media pertumbuhan mikroorganisme,
yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluksmenyebabkan
pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005).
D.
MANIFESTASI
KLINIK
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran
kemih maupun keluhan di luar saluran kemih.
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawahKeluhan pada
saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinari Tract Symptoms (LUTS) terdiriatas
gejala iritatif dan gejala obstruktif.
Gejala iritatif
meliputi:(frekuensi) yaitu penderita miksi lebih sering
dari biasanya dapat terjadi pada malam hari(Nocturia) dan pada siang
hari.(nokturia), terbangun untuk miksi pada malam hari(urgensi) perasaan ingin
miksi yang sangat mendesak dan sulit di tahan(disuria).nyeri pada saat miksi
Gejala obstruktif
meliputi:rasa tidak lampias sehabis miksi,(hesitancy),
yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan
yangdisebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa
lamameningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam
uretra prostatika.(straining) harus mengejan.
(intermittency) yaitu terputus-putusnya aliran kencing
yang disebabkan karena ketidakmampuanotot destrussor dalam pempertahankan
tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.dan waktu miksi yang memanjang
yang akhirnya menjadi retensi urine dan inkontinensia karenaoverflow.Untuk
menilai tingkat keparahan dari keluhan saluran kemih sebelah bawah, beberapa
ahliurology membuat sistem scoring yang secara subyektif dapat diisi dan
dihitung sendiri oleh pasien.
2. Gejala pada saluran kemih bagian atasKeluhan akibat
penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas, berupa
gejalaobstruksi antara lain: nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang
merupakan tanda darihidronefrosis), yang selanjutnya dapat menjadi gagal ginjal
dapat ditemukan uremia, peningkatantekanan darah, perikarditis, foetoruremik
dan neuropati perifer.
3. Gejala di luar saluran kemihPasien yang berobat ke
dokter biasanya mengeluh adanya hernia inguinalis dan hemoroid.Timbulnya kedua
penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan
peningkatan tekanan intra abdominal (Poernomo, 2000, hal 77 – 78; Mansjoer,
2000, hal 330).
E.
PENATALAKSANAAN
1. Watchfull
Waiting
Tatalaksana pada penderita BPH saat ini tergantung pada
LUTS yang diukur dengan sistem skor IPSS. Pada pasien dengan skor ringan (IPSS
≤ 7 atau Madsen Iversen ≤ 9), dilakukan watchful waiting atau observasi yang mencakup edukasi, reasuransi, kontrol
periodik, dan pengaturan gaya hidup. Bahkan bagi pasien dengan LUTS sedang yang
tidak terlalu terganggu dengan gejala LUTS yang dirasakan juga dapat memulai
terapi dengan malakukan watchful waiting. Saran yang diberikan antara lain :
a. Mengurangi minum setelah makan
malam (mengurangi nokturia).
b. Menghindari obat dekongestan
(parasimpatolitik).
c. Mengurangi minum kopi dan
larang minum alkohol (mengurangi frekuensi miksi).
d. Setiap 3 bulan mengontrol
keluhan.
2. Tatalaksana
Invasif
Tatalaksana invasif pada BPH bertujuan untuk mengurangi
jaringan adenoma. Indikasi absolut untuk melakukan tatalaksana invasif :
a. Sisa kencing
yang banyak
b. Infeksi
saluran kemih berulang
c. Batu vesika
d. Hematuria
makroskopil
e. Retensi urin
berulang
f. Penurunan
fungsi ginjal
Standar emas untuk tatalaksana invasif BPH adalah Trans
Urethral Resection of the Prostate (TURP) yang dilakukan untuk gejala sedang
sampai berat, volume prostat kurang dari 90 gram, dan kondisi pasien memenuhi
toleransi operasi. Komplikasi jangka pendek pada TURP antara lain perdarahan,
infeksi, hiponatremi, retensi karena bekuan darah. Komplikasi jangka panjang
TURP adalah striktur uretra, ejakulasi retrograd, dan impotensi.
Trans Urethral Incision of the Prostate (TUIP) dapat
dilakukan apabila volume prostat tidak begitu besar/ada kontraktur leher vesik
/ prostat fibrotik. Indikasi TUIP yaitu keluhan sedang atau berat dan volume
prostat tidak begitu besar.
Bila alat yang tersedia tidak memadai, maka dapat
dilakukan operasi terbuka dengan teknik transvesikal atau retropubik. Karena morbiditas
dan mortalitas yang tinggi yang ditimbulkannya, operasi sejenis ini hanya
dilakukan apabila ditemukan pula batu vesika yang tidak bisa dipecah dengan
litotriptor / divertikel yang besar (sekaligus diverkulektomi) / volume prostat
lebih dari 100cc.(Sjamsuhidajat, 2004)
F.
KONSEP
KEBUTUHAN DASAR RASA NYAMAN
1. KONSEP DASAR KEBUTUHAN NUTRISI
A. Definisi Kebutuhan Rasa Nyaman Dan Definisi Nyeri
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) megungkapkan kenyamanan/rasa
nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan
sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan
tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti dipandang
secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:
1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
3. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri
yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi,
temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan
kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam
aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas
dari rasa nyeri, dan hipo / hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi
nyeri dan hipo / hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak
nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan wang tidak menyenangkan, bersifat
sangat subyektif karena perasaan nt-eri berbeda pada setiap orang dalam hal
skala atau tingkatannya, dan hanya pada orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalah
pendapart beberapa ahli rnengenai pengertian nyeri:
1.
Mc.
Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang memengaruhi
seseorang yang keberadaanya diketahui hanya jika orang tersebut pernah
mengalaminya.
2.
Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri
merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang
bisa menimbulkan ketegangan.
3.
Artur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri
merupakan suatu mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak,
dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan
nyeri.
4.
Scrumum mengartikan nyeri sebagai suatu
keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari
serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis
maupun emosional.
B. SIFAT NYERI
1. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi
2. Nyeri bersifat subyektif dan individual
3. Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah
4. Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan
fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien
5. Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya
6. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis
7. Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan
8. Nyeri mengawali ketidakmampuan
9. Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak
optimal
Secara ringkas, Mahon mengemukakan atribut nyeri sebagai berikut:
1. Nyeri bersifat individu
2. Nyeri tidak menyenangkan
3. Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi
4. Bersifat tidak berkesudahan
Karakteristik Nyeri (PQRST)
P
(pemacu) : faktor yg mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q
(quality):seperti apa-> tajam, tumpul, atau tersayat
R
(region) : daerah perjalanan nyeri
S
(severity/SKALA NYERI) : keparahan / intensitas nyeri
T (time)
: lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri
C.
KLASIFIKASI NYERI
1.
Berdasarkan sumbernya
a. Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan
subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar). (ex: terkena ujung
pisau atau gunting)
b. Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament,
pembuluh Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama daripada
cutaneous. (ex: sprain sendi)
c. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga
abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia,
regangan jaringan
2.
Berdasarkan penyebab:
a. Fisik. Bisa terjadi karena stimulus fisik (Ex: fraktur femur)
b. Psycogenic. Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi,
bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (Ex: orang yang
marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya)
3.
Berdasarkan lama/durasinya
a. Nyeri akut.
Nyeri akut biasanya awitannya tiba- tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera
spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi.
Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan
mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial
menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit
sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadi penyembuhan;
nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu
bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang
berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan.
b. Nyeri
kronik. Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan
yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera
spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan
tetap dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan
respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri akut
dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan
sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah dengan sendirinya.
4.
Berdasarkan lokasi/letak
a. Radiating
pain. Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex: cardiac
pain)
b. Referred
pain. Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yg diperkirakan berasal
dari jaringan penyebab
c. Intractable
pain. Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna)
d. Phantom
pain. Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang (ex: bagian tubuh
yang diamputasi) atau bagian tubuh yang
lumpuh karena injuri medulla spinalis
Nyeri secara esensial dapat dibagi atas dua tipe yaitu nyeri adaptif dan
nyeri maladaptif. Nyeri adaptif berperan dalam proses survival dengan
melindungi organisme dari cedera atau sebagai petanda adanya proses penyembuhan
dari cedera. Nyeri maladaptif terjadi jika ada proses patologis pada sistem
saraf atau akibat dari abnormalitas respon sistem saraf. Kondisi ini merupakan
suatu penyakit (pain as a disease).
2.
PENGKAJIAN FOKUS
No
|
Tgl
|
Data (DS dan DO)
|
Etiologi
|
Problem
|
TTd
|
1.
|
DSDDS: Klien mengatakan
nyeri pada asat batuk pada daerah jahitan skala nyeri 3.
DO DO: Klien terlihat menahan sakit /
meringis.
|
Spasme otot sehubungan dengan luka
post operasi.
|
Gangguan rasa nyaman nyeri
|
3.
PATHWAYS KEPERAWATAN
Usia
Lanjut
Hormon Esterogen
dan Testosteron tidak seimbang
Tetosterone
Esterogen
Proliferasi sel prostat Hyperplasia
sel stoma pada jaringan
BPH
Penyempitan lumen
Prostat
Obstruksi
Nyeri akut
4.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d obstruksi uretra
5.
FOKUS
INTERVENSI DAN RASIONAL
Tujun:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam nyeri diharapkan
berkurang / hilang dengan kriteria hasil :
1. Skala nyeri 0
2. Pasien tenang
Intervensi
Dan Rasional
1.
Hitung
tanda-tanda vital
R:
Mengkaji keadaan diluar batas normal
2.
Pantau
intake dan output.
R:
Memantau keseimbangan cairan tubuh
3.
Latih
bladder training
R:
Melatih kemampuan berkemih mandiri saat pelepasan selang kateter
4.
Berikan
posisi semifowler
R:
Memberikan rasa aman dan nyaman
5.
Kolaborasi
dalam pemberian antipiretik
R:
Membantu mengurangi / menghilangkan rasa nyeri
G.
DAFTAR
PUSTAKA
Basuki, Purnomo. (2000). Dasar-Dasar Urologi,
Perpustakaan Nasional RI, Katalog Dalam Terbitan (KTD): Jakarta.
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G Bare. (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC.
Hardjowidjoto, S. (2000). Benigna Prostat Hiperplasi.
Airlangga University Press: Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar